Jumat, 01 November 2019

Butet Manurung 'Gugat' Praktik Pendidikan Indonesia

31 Oct 2019 01:40


Salah satu pendiri Sokola Institute, Butet Manurung. (GATRA/Ardhi Ridwansyah/ft)

Jakarta - Salah satu pendiri Sokola Institute, Butet Manurung, menggugat praktik pendidikan Indonesia yang menurutnya belum berkontribusi untuk mempertahankan pengetahuan lokal atau adat istiadat di setiap daerah.
"Belum, sama sekali belum. Saya terus terang saja menggugat pendidikan kita karena bukan hanya tidak berguna, bahkan kadang-kadang bisa memberi dampak buruk dalam hal tidak membantu adat istiadat, pengetahuan lokal, dan produk-produk budaya kita bertahan," ucapnya saat diwawancarai awak media selepas acara peluncuran buku "Melawan Setan Bermata Runcing" di Auditorium Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI), Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (30/10).
Wanita yang pernah meraih Ramon Magsaysay Award itu menuturkan bahwa pendidikan kita semestinya condong kepada pendidikan yang bersifat kontekstual. Pendidikan kontekstual adalah pendidikan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ada di sekitarnya.
"Kalau di sekitar kita ada ular kobra, lebih baik kamu belajar mengatasi bisa (racun) kobra, sebelum kamu belajar kalkulus. Jadi apa yang ada di lokal kita kuatkan dulu, baru kamu bisa ke hal yang lebih luas dari itu," katanya.
Di sisi lain, Dirjen Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Restu Gunawan, menyatakan bahwa pendidikan kontekstual sebetulnya sudah ada pada kurikulum 2013, namun dalam praktiknya terdapat hambatan seperti tenaga pendidik yang belum bisa menerapkan cara pengajaran yang sifatnya langsung terjun ke lapangan.
"Kalau untuk belajar ekonomi maka anak-anak diarahkan untuk pergi ke pasar atau ke mall bagi anak-anak kota dan sebagainya. Arahnya ke sana, cuman untuk mendidik guru seperti aktivis-aktivis yang dilakukan Sokola ini, bukanlah pekerjaan yang mudah," jelasnya.
Untuk itu, Restu menilai perlu adanya kolaborasi antar guru untuk bisa menyediakan waktu yang tepat untuk bisa terjun langsung mengajak murid-muridnya belajar dalam rangka mempraktikkan pendidikan kontekstual tersebut.
"Saya kira sumbangan pemikiran dari kawan-kawan Sokola sangat penting bagi Kementerian Pendidikan," ungkapnya.
Sokola Institute merupakan lembaga yang fokus pada isu pendidikan masyarakat adat dan kelompok marjinal. Adapun buku "Melawan Setan Bermata Runcing" merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman Sokola Institute selama 16 tahun mendampingi masyarakat adat yang kerap kesulitan mengakses sekolah formal.

Reporter: ARH - Editor: Iwan Sutiawan

0 komentar:

Posting Komentar