This is default featured slide 1 title

BEBAL:"FPI"

Kebebalan FPI Banyuwangi yang membubarkan ritual tradisi Sedekah Laut di daerahnya

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 30 September 2010

Catatan Komisaris atas teater Perisai

Melihat kembali realitas yang membudaya dan diusung ke atas panggung, betapa pun puru restung kadung membenalu di tiap sendi kehidupan; terasa ada nikmah. Panggung adalah refleksi kenikmatan itu. Dan menonton pementasan "Komisaris Jendral" teater Perisai di gedung PGRI Kab. Kebumen (25/9) malam itu jadi terasa benar henyaknya di benak 50-an penonton teater Kebumen.
Naskah "Inspector General" karya Nikolaj Gogol yang kemudian diadaptasi dan digarap oleh sutradara Edi Romadon menjadi sebuah pementasan panggung ini, amat runut bertutur tentang kebobrokan tata nilai dalam relasi sosial. Saking runutnya bertutur melalui serangkaian pengadegan yang didukung belasan pemeran ini, menyisakan alur cerita yang -meski tak jenuh- nyaris terkesan datar saja.

Spirit "galengan" mBanyumasan

Meski memang tak gampang mengadaptasi sebuah karya gemilang; tetapi memilih bidikan pemikiran Nikolaj Gogol dan respon sosio-kulturalnya terhadap jaman, nampak sukses direkomendasikan oleh Teter Perisai kepada penonton, bukan sebagai protes khalayak terhadap situasi tetapi panggah mewakili budaya salah-kaprah kekinian.
Sang sutradara, Edi Romadon, mencoba meracik sajian komedi situasi ke dalam menu semi karikatural, meski pun harus berhadapan dengan pertanyaan mengenai konsep dan bahkan madzab berteaternya. Jika di wilayah pementasan telah lama dikenal gaya "sampakan" maka bangunan karikatural yang disajikan mirip wayang beber ini, sesungguhnya cukup menggelitik. Edi dengan ingatan kolektif masyarakat agraris di masa lalu merepresentasikan dalam gaya yang disebutnya sebagai "galengan", gaya banjaran di pematang sawah!.
Inilah jawaban jujur kesenimanannya yang pantas menjadi catatan menarik di pementasan bersama Teater Perisai dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pentas yang seperlima bagian akhir durasinya sempat diganggu padamnya listrik. Tetapi sebegitu pun bukannya terganggu dan malahan menjadi bonus alur improvisasi, meski dukungan properti panggung yang dibawanya juga tak berfungsi maksimal. Belum ada gedung kesenian di Kebumen. Dan seperti kejujuran mBanyumas-an yang blakasuta pementasan itu memberikan wewarah keprihatinan yang getir seperti komedi satire kehidupan kaprah.