Sabtu, 17 Januari 2009

Sekolah mBayar Karep; sebuah Refleksi (3)

Mendirikan Kemauan, ternyata merupakan fase terpenting di Sekolah Rakyat MèluBaé. Catatan ini dibuat sebagai sekumpulan transkrip pelaksanaan malam syukuran Ultah ke 6, yang peringatannya dilangsungkan di Gg.Tengah 21, Kebumen; pada hari Sabtu 17 Januari 2009.
Acara yang baru dapat dimulai dari jam 21.00 wib itu, dihadiri tak kurang dari 30 orang. Berasal dari desa-desa seperti Jagasima, Tanggulangin, Kalìwungu dan Bumiharjo di Kec. Klirong. Disamping dari lingkungan dan beberapa kelurahan di wengkon Kec. Kebumen dan Kec. Alian; acara ini dihadiri oleh beberapa wakil kelompok teater dan bahkan Komunitas 'Petarung' Jalanan dari komplek terminal Purworejo.
Acara dibuka oleh fasilitator dan pegiat seni Pitra Suwita ini langsung dibacakan do'a tahlil yang dipimpin oleh 'guru tauhid' SRMB, K. Malik Hasyim alias mBah Limin.
Di sela pengantar do'a, kyai sepuh dari kawasan budaya 'urut séwu' itu berharap majlis pembelajaran MéluBaé ini dapat terus dipertahankan eksistensinya, sehingga makin memberi manfaat nyata bagi peri kehidupan bersama.
Setelah usai do'a syukur bersama, sesepuh komunitas ini memotong tumpeng dan dilanjutkan dengan makan bersama. Suasana nampak penuh rasa kekeluargaan, karena ikut pula para istri dan anak-anak.
Pekìk Sasinilo, koordinator divisi teater, memberikan pengantar pendek namun cukup menyentuh. Ia menyatakan bahwa selama 6 tahun ini telah terjadi interaksi yang panjang. Pada prinsipnya, komunitas ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Apabila di kilas balik, dalam pasang-surut perjalanannya ditemukan sebuah kekuatan luar biasa. Luar biasa, mengingat tak ada buai impian apa-apa yang menarik dan mengikat komunitas ini. Satu-satunya ikatan dalam komunitas ini, sebagai rasa persaudaraan semata.
"Kami saling mengenali bukan hanya antar sesama teman dalam kelompok, tetapi juga berikut para istri, keluarga dan saudaranya".
Ia berharap persaudaraan "MéluBaè" dapat terus terjaga.
Dalam kesempatan yang sama, Aris Panji, mengulas sedìkit, problematika berkesenian yang ikut melatari pendirian majlis, yang sejak masa awal pasca pendiriannya disebut sebagai Sekolah Rakyat MéluBaè.

Filosofi Tumpeng
Ulang tahun ke 6 SRMB, sebagaimana dituturkan K. Malik Hasyim menjadi menarìk karena masih dalam suasana bulan Asyuraa. Spiritualis kampung pesisir ini ini memerikan wewarah kearifan tentang 'tumpeng' yang barusan dipotong. Menurutnya, 'tu' bermakna jika tiba waktu, maka harus 'peng' yang bermakna mempeng

0 komentar:

Posting Komentar