This is default featured slide 1 title

BEBAL:"FPI"

Kebebalan FPI Banyuwangi yang membubarkan ritual tradisi Sedekah Laut di daerahnya

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 02 Mei 2019

Soewardi

  • Cuplikan dari ‘Bahan Ajar Pembaharuan Pendidikan Sejarah, Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) dan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI)

Foto: Soewardi berpakaian penjara berdiri di tengah, sekeluarnya dari penjara, 1920. (koleksi: Taman Siswa)
"Keluar dari penjara, aku butuh waktu sejenak untuk memulihkan penyakit eksimku. Tidak banyak kegiatan yang aku lakukan, selain kembali membantu kangmasku mengurus sekolah Adhi Dharma sambil tak henti-hentinya aku memikirkan cara-cara yang lebih jitu untuk membebaskan bangsaku dari kekuasaan kolonial. Aku pikir lebih sulit berjuang sendirian membebaskan bangsaku dari penindasan kolonial. Akan lebih cepat mengusir kaum kolonial dari negeri Hindia ini kalau bangsaku sendiri terbuka pemikirannya untuk bersama-sama berjuang. Bangsa ini harus dibangunkan kesadarannya terlebih dahulu.
Pikiran-pikiranku tentang perjuangan bangsa ini sering aku sampaikan dalam pertemuan pakempalan (perkumpulan) Seloso Kliwon. Perkumpulan ini dibentuk atas gagasan para priyayi kerabat keraton, terutama Pangeran Soeryomentaram. Putra Sri Sultan Hamengkubuwono VII itu sekaligus menjadi ketua Perkumpulan. Raden Mas Soetatmo Soerjokoesoemo, dari pengurus besar Boedi Oetomo yang mewakili organisasi di Volksrad, adalah anggota yang aktif Perkumpulan Seloso Kliwon, di samping kangmasku Soeryopranoto dan beberapa priyayi lain, termasuk aku.
Perkumpulan Seloso Kliwon awalnya dibentuk untuk membahas pergerakan Ngelmu Bejo (Ilmu Bahagia) yang digagas kedua tokoh religius Raden Mas Soetatmo atau lebih sering kami sapa Ki Ageng Soetatmo dan Pangeran Soeryomentaram. Aku kenal Ki Ageng Soetatmo sebagai seorang religius kejawen yang budistis. Sedangkan Pangeran Soeryomenataram, seperti ayahku, adalah seorang religius yang menekuni ajaran hinduisme dan Islam kejawen. Ajaran utama dari Ngelmu Bejo (Ilmu Bahagia) adalah mangayu-ayu saliro, mangayu-ayu bangso, mangayu-ayu manungso (membahagiakan diri, membahagiakan bangsa, membahagiakan sesama). Tak sedikit orang menganggap perkumpulan Seloso Kliwon adalah kelompok theosofis. Tidak sedikit pula orang menilai perkumpulan Seloso Kliwon merupakan gerakan kaum abangan.
Anggapan itu tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Ajaran Ngelmu Bejo bagiku adalah spiritualitas, terang cahaya yang dipakai untuk melihat, merefleksikan keadaan nyata diri sendiri dan keadaan bangsa ini. Karena itu topik pembahasan tidak hanya persoalan yang berkaitan dengan moral, spiritual. Tetapi Seloso Kliwon juga membahas soal keadilan, kesejahteraan bangsa pribumi, soal sosial politik. Pembahasan soal politik pun tidak hanya pada batas kekuasaan pemerintah kolonial. Lebih luas dan lebih mendalam Seloso Kliwon juga membahas keadaan sosial politik, ekonomi dunia setelah selesai Perang Dunia pertama.
...
Menurutku ajaran Seloso Kliwon yang sering dibahas Pangeran Soeryomentaram maupun Ki Ageng Soetatmo merupakan dasar pendidikan yang sangat kokoh, sama kokohnya dengan prinsip-prinsip dan gagasan para tokoh pendidikan Eropa dan negara-negara lain yang pernah aku baca dan aku pelajari semasa aku di pembuangan. Dari pengetahuan yang kudapat dan pengalamanku menjadi jelas bahwa pendidikan sudah semestinya berazaskan kerakyatan dan peradaban manusia sebagai pusat semesta. Karena itu pemikiran dari segala usaha pendidikan harus didasarkan pada kesadaran demokrasi dan sikap kepemimpinan.
Mengenai sikap kepemimpinan menurutku sudah jelas seperti cita-cita Seloso Kliwon yang ingin mendorong setiap orang berusaha mencapai kebahagiaan. Demikian juga halnya pendidikan Taman Siswa diselenggarakan supaya setiap putra bangsa, setiap anggota bangsa secara merdeka menumbuhkan kecakapannya memimpin dirinya sendiri, memimpin bangsa dan memimpin sesamanya."
source: Alit Ambara