Jumat, 13 Januari 2017

Musisi dan Penulis itu Bernama Jeffar Lumban Gaol

JUMAT 13 JANUARI 2017 08:11 WIB

Pernahkah anda melihat film berjudul, "Kiri Hijau, Kanan Merah". Ya film pendek yang mengisahkan perjuangan Cak Munir. Nah, saat melihat film itu, pernahkah anda mendengarkan salah satu soundtrak film itu yang berjudul "Blues untuk Munir"?
Ya, lagu "Blues untuk Munir" itu adalah ciptaan dari Bang Jeffar, begitu saya akrab memanggil Jeffar Lumban Gaol. Anehnya, Bang Jeffar baru tahu kalau lagunya digunakan untuk soundtrak film "Kiri Hijau, Kanan Merah" pada sekitar tahun 2014, setelah film itu diupload di youtube tahun 2011.
Beruntung bagi saya diberikan kesempatan untuk mengenal Bang Jeffar secara dekat. Saya mengenal Bang Jeffar, saat saya bekerja di Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Bang Jeffar bukan hanya seniman musik. Ia adalah penulis sekaligus editor bagi para jurnalis masyarakat adat yang berada di seluruh penjuru nusantara.
Meski seorang aktivis, Bang Jeffar, adalah orang yang selalu taat pada kaidah jurnalistik saat menulis. "Cover Both Side dan verifikasi," kata Bang Jeffar pada suatu pelatihan menulis untuk Jurnalis Warga Masyarakat Adat yang diselenggarakan oleh AMAN di Jakarta pada akhir 2014.
Meski taat pada kaidah jurnalistik, Bang Jeffar tetap tidak bisa menyembunyikan keberpihakannya terhadap perjuangan masyarakat adat yang tertindas. Salah satu mimpinya adalah masyarakat adat di seluruh pelosok nusantara bisa menuliskan apa yang terjadi di wilayah adatnya. "Jangan tergantung pada media massa mainstream (arus utama)," katanya.
Kami sama-sama penganggum tulisannya Pramoedya Ananta Toer. Kadang di saat senggang kami berdiskusi tentang karya-karya Pram.
Suatu hari kami merencanakan menggelar pelatihan jurnalis warga masyarakat adat di Jogjakarta. Kenapa harus memilih Jogjakarta sebagai lokasinya? Ternyata bukan tanpa sebab. Bang Jeffar ingin, nantinya peserta pelatihan, para jurnalis warga masyarakat adat itu, meliput perjuangan petani Kulonprogo yang terancam proyek tambang pasir besi dan bandara internasional. "Konflik agraria di Jogjakarta menarik karena ada pihak kesultanan di sana," katanya, "Kan selama ini Sultan-sultan mengaku sebagai masyarakat hukum adat."
Wow...keren. Namun sayang rencana itu belum pernah terealisasi hingga saya pindah kerja dari AMAN pada awal 2015.
Kini, Bang Jeffar telah pergi menghadap Sang Pencipta. Ia pergi terlalu cepat dan mendadak. Padahal beberapa hari sebelum kepergiannya, ia sempat membagi link lagu "Blues untuk Munir" di akun facebooknya. Setelah kepergiannya, saya baru sadar, mungkin saat membagi link lagu "Blues untuk Munir", Bang Jeffar sedang berpamitan bahwa tak lama lagi ia akan menyusul Cak Munir ke surga. Selamat jalan Bang Jeffar...

https://indonesiana.tempo.co/read/106901/2017/01/13/firdaus_c/musisi-dan-penulis-itu-bernama-jeffar-lumban-gaol

0 komentar:

Posting Komentar