Minggu, 14 Juni 2009

Manggung di Gelar Budaya NGO

Minggu, 14 Juni 2009. Atas undangan BRaIn (Bumi Roma Institute), sebuah LSM di Kebumen, SRMB main di panggung terbuka lapangan Desa Seboro, Kec. Karangsambung. Lapangan terbuka yang posisinya persis di depan gerbang Kampus Alam Museum Geologi LIPI Karangsambung, siang itu hingar oleh kerumunan ribuan massa. Acara Gelar Budaya yang diprakarsai BRa-Institute, bekerjasama dengan KPUD Kebumen, dan didukung oleh CepDes serta Elections-MDP itu, merupakan prakarsa kalangan LSM dalam rangka sosialisasi menjelang event Pilpres 8 Juli 2009. Sosialisasi yang dikemas dalam tema "Menjadi Pemilih Cerdas" itu mendapat respons cukup antusias dari kalangan masyarakat Karangsambung dan sekitarnya. Tak ketinggalan pula para penjual jajanan dan aneka mainan anak yang ikut memanfaatkan keramaian itu.
Disamping mementaskan naskah panggung pendek "Go-Den" (Jago Gaden), SRMB juga menampilkan beberapa sajian Musik Puisi Lelaki dan Pembasmi Serangga serta Bumi Pertiwi. Gambaran realita personal yang sepintas remeh akan tetapi berakhir fatal, mengasosiasikan dalam segmen luas dapat menjadi fenomena sosial terburuk. Keputusan personalitas yang buruk ini diangkat menjadi sebuah ironi sosial ke dalam panggung dengan gaya yang ringan tapi ketus. Sehingga mengantarkan nalar orang pada tanya: Kenapa di bumi yang gemah-ripah loh-jinawi, masih harus ada kematian yang nista, kematian yang sia-sia, atau yang dalam batasan secara verbal disebut kelaparan. Ini tersirat, juga secara musikal, dalam puisi Bumi Pertiwi.
Kegelisahan sosial ini masih menjadi nafas panggung Melubae. Namun apa yang disajikan komunitas ini bagi sebagian masyarakat gunung masih kurang populis. Meski begitu, beberapa pengendara sepeda motor menghentikan laju kendaraannya atau malah berbalik dan menyempatkan mencermati tontonan yang relatif baru bagi mereka.
Sampai kemudian disusul pementasan Kuda Kepang dari pedukuhan Geyong, Desa Seboro, Kec. Sadang.

Kesenian rakyat ini memang telah mengakar dalam ingatan kolektif masyarakat. Tak terkecuali bagi Paguyuban Seni Ebeg Banyumasan "Bangkit Budoyo". Kelompok ini mengidentivikasikan dirinya sebagai kelompok seni ebeg "banyumasan" karena jika dicermati, gending-gending pengiringnya memang bergaya Banyumas-an. Ciri gending "banyumasan" lebih rancak dan dinamis. Sejak sepenggalah hari itu, gending-gending dari kelompok ini dikumandangkan untuk menarik perhatian penonton berdatangan.

Pemainnya terdiri dari dua "bregada", sepasukan laki-laki dan sebarisan perempuan yang masing-masing terdiri dari 8 penari.
Konfigurasi barisan memang menjadi ciri khas tarian ebeg atau seni kuda-kepang, dan seringkali dimainkan dalam gerak-gerak kelompok bregada yang simetris.
Dalam konteks berkesenian tradisi, kuda-kepang lebih dikonotasikan sebagai seni-tari kuda lumping. Sedangkan seni ebeg tradisional selalu diasumsikan ada capaian "in-trance" bagi pemainnya.
Jika dicermati lebih jauh ke dalam komunitas seni ebeg ini, hampir selalu dapat dipastikan terdapat jalinan spiritual yang unik. Relasi spiritual yang mempertegas hubungan saling menghargai antara manusia dan alam di sekitarnya. Makanya momentum transendental selalu dianggap sebagai momentum yang penting dalam permainan seni-tradisi ini.

Menonton penampilan kelompok perempuan dalam seni kuda-kepang ini, ada celah lebih potensial untuk mengeksplorasi gerak-gerak olah tubuh. Tema-tema puitik seputar feminisme dan dan kegagahan merupakan dua hal saling menguatkan. Meski dalam penampilan kelompok "Bangkit Budoyo" belum secara maksimal tergarap aspek performa tariannya, dan lagi pemain perempuan memang tidak dimaksudkan untuk "in-trance". Tetapi catatan termenarik dari penampilan penari perempuan ini adalah optimisme, bahwa ternyata pemainnya rata-rata berusia muda. Artinya, penampilan mereka merupakan jawaban kongkret terhadap problem regenerasi seni tradisi.
Makna lain dari semua seni kuda-lumping dengan media kuda atau "jaran" dan dimainkan dalam capaian "in-trance", atau "mendem" atau "mabuk". Yalah bahwa dalam hidup, manusia diwajibkan untuk mabuk pada ajaran tentang kearifan hidup. Manifestasi dari visi menjadi manusia pembelajar!

0 komentar:

Posting Komentar