Minggu, 08 Juli 2018

Festival Film Purbalingga Merambah Kebumen



Festival Film Purbalingga (FFP) sebagai satu-satunya festival film berskala nasional di provinsi Jawa Tengah yang konsisten dengan program kompetisi untuk pelajar se-Banyumas Raya kembali menyambangi Kebumen. 

Pada tahun 2018 yang merupakan gelaran ke-12, FFP berhasil menjaring 8 film dokumenter dan 5 film fiksi karya pelajar Kebumen dari puluhan film yang masuk mendaftar. Film-film tersebut akan diputar dengan format layar tancap ke 17 titik di kabupaten Purbalingga, Kebumen, Cilacap, Banyumas, dan Banjarnegara. Kabupaten Kebumen mendapat jatah 2 titik lokasi layar tancap yaitu di dusun Pesanggrahan, Karangsambung, Senin (9/07/2018) dan di Perum Jatisari Indah, Kebumen pada Selasa (10/07/2018). 

Pemutaran film dimulai pukul 19.30 hingga 22.00 di setiap titiknya. Tidak hanya memutarkan film pendek kompetisi pelajar se-Banyumas Raya dan karya sineas dari daerah lainnya, program Layar Tanjleb FFP tahun ini juga memutarkan film panjang yang telah diapresiasi di berbagai festival baik nasional maupun internasional besutan sutradara Kamila Andini berjudul Sekala Niskala.
“Proses pendaftaran dan pemilihan lokasi sudah berjalan sebulan sebelum pelaksanaan. Dari 8 titik lokasi yang mendaftarkan, terpilih 3 lokasi yang memenuhi syarat dimana ada panitia lokal yang siap kerjasama di lapangan, biasanya dari kelompok karang taruna desa setempat. Tapi akhirnya hanya 2 lokasi yang dipastikan siap”, demikian tutur Ridho Saputro.  

Diperoleh penjelasan dari fihak koordinator pelaksana FFP 2018, Puput Juang bahwa program "layar tanjleb" FFP dari tahun ke tahun bisa menjadi ajang melatih kecakapan sineas muda dan film-maker di kabupaten Kebumen dan daerah lainnya yang terkait dalam mengelola sebuah festival film berkualitas dan terbukti konsisten bertahan selama belasan tahun dimana banyak volunteer terlibat didalamnya. 
“Dari tahun ke tahun tentu kami ingin terjadi penambahan lokasi titik pemutaran layar tanjleb, tapi tentu itu juga perlu perhitungan matang karena festival ini kan berjalan selama sebulan penuh. Tidak hanya layar tancap yang dilakukan, tapi juga ada lokakarya dan pemutaran film di ruang-ruang yang lebih kecil seperti program Nonton Bersama Tetangga dan pemutaran di komplek pendopo kabupaten Purbalingga yang disertai diskusi bersama para pembuatnya”, tambah Puput Juang, dedongkot Komunitas Kedung. 

Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga sebagai komunitas yang menggagas festival ini berkomitmen untuk terus memajukan perkembangan film lokal terutama film pelajar se-Banyumas Raya. 
“Dulu awalnya kami mulai bergerak dengan menawarkan pemutaran film dan workshop produksi bagi pelajar, setelah lebih dari 10 tahun kami kewalahan karena permintaan semakin banyak hingga datang dari daerah di luar Purbalingga.  Munculnya komunitas-komunitas baru dengan semangat berbagi yang sama menjadi angin segar bagi proses panjang yang telah dilalui selama ini. Apalagi kompetisi film pelajar jelas membutuhkan peningkatan mutu dari segi kualitas, bukan hanya kuantitas”, tegas Bowo Leksono selaku Direktur Festival Film Purbalingga. 

Dimas Jayasrana mewakili Jaringan Kerja Film Banyumas Raya (JKFB) sebagai organisasi tempat bernaung komunitas film di Purbalingga, Kebumen, Cilacap, Banyumas, dan Banjarnegara menambahkan 
“FFP tidak dikerjakan sendiri oleh CLC Purbalingga, tetapi melibatkan komunitas lain; Sangkanparan (Cilacap) serta Komunitas Kedung (Kebumen). Ini sejalan dengan semangat kolektif dan berjejaring yang menjadi kultur dan telah terbangun sejak awal”

Layar tancap sebagai medium pemutaran film dengan cakupan penonton yang luas tentu ampuh meningkatkan jumlah penonton film Indonesia dan mengedukasi dengan pilihan film berkualitas yang disajikan, serta menumbuhkan geliat ekonomi masyarakat. Apalagi di berbagai daerah yang tidak mempunyai bioskop jaringan komersil, hal ini tentu mengobati kerinduan masyarakat untuk menonton film dengan format layar lebar dan audio yang menggelegar. [rid]

0 komentar:

Posting Komentar