Minggu, 08 Maret 2015

“KAMPUNG CETHING” produksi Film Dokumenter SMKN1 Karanggayam



Nur Kholifah, (Kameramen) sedang mengambil gambar orang menganyam (Glontor, 7 Maret 2015)

Siapa yang tidak tahu Cething? Ya peralatan dapur yang digunakan sebagai tempat nasi ini sering dijumpai di mana-mana. Termasuk di pasar tradisional di seluruh Indonesia. Namun siapa yang tau proses pembuatannya? Bagaimana dan dimanakah Cething diproduksi?

Shakir Iskandar, salah satu siswa SMKN1 Karanggayam Kebumen, mencoba mengupas aktifitas para pembuat cething di desa Glontor. Di desa ini, mayoritas penduduknya mengisi keseharian mereka dengan menganyam. Hasil anyaman mereka berwujud perkakas dapur, salah satunya yaitu Cething.
Keseharian di Desa Glontor, Kebumen ini menginspirasi Shakir untuk kemudian memfilmkan Kampung Cething dalam film Dokumenter perdananya.

Tak hanya keseharian para pembuat Cething, Shakir juga merekam aktifitas yang terjadi di desa tersebut, seperti suasana pasar tradisional yang masih asli (tidak dipengaruhi oleh pasar modern), budaya masyarakat yang berkumpul, dan segala kearifan lokal yang tercipta di desa yang masih asri ini.
Film Dokumenter ini diproduksi pada masa Prakerin. Sebelumnya di awal Januari 2015 Shakir dan teman-temannya mengisi waktu Prakerin dengan belajar di TBM Sangkanparan Cilacap. Mulai dari mencari ide, melakukan riset, membuat treatmen, membedah dan kemudian barulah Shakir dan teman-teman memproduksi film pada 7 Maret 2015.

Insan Indah Pribadi selaku Pengelola Sangkanparan merasa bangga dengan kinerja tim dari SMK N1 Karanggayam Kebumen. Pasalnya selain semangat yang dimiliki begitu tinggi, produksi ini juga di dukung oleh pihak sekolah SMKN1 Karanggayam Kebumen. “Pihak sekolah juga mendukung, tak hanya menanggung biaya konsumsi untuk anak-anak, tapi juga support peralatan produksi seperti kamera DSLR Canon 70D” ujar Insan yang saat itu mengajak serta Bang Teguh, Taufik dan Alwan sebagai pendamping produksi Dokumenter di Kebumen.

Selanjutnya, film ini akan memasuki tahap editing, dan kemudian sebagai pemutaran perdananya rencananya Shakir dan kawan-kawan akan memutar film tersebut di sekolahnya bersama film karya teman-teman yang lain

https://sangkanparan.wordpress.com/2015/04/03/kampung-cething-produksi-film-dokumenter-smkn1-karanggayam/ 
___

“Penyadap Pulut” Produksi Film Dokumenter SMKN1 Karanggayam

Para siswa SMKN1 karanggayam saat produksi film Penyadap Pulut (9/3)

Sore itu tepat di hari Minggu, 8 Maret 2015. Setelah produksi Dokumenter Kampung Cething Selesai, para pelajar SMKN1 Karanggayam, Kebumen yang dibantu oleh beberapa siswa dari SMKN1 Kawunganten dan Kampung Laut Cilacap ini, langsung bergerak ke sebuah tempat bernama desa Silampeng.
Produksi Dokumenter selanjutnya adalah kisah kehidupan seorang penyadap Pulut di desa Silampeng, Kebumen.  Kisah ini sengaja direkam oleh Sugeng dan dikemas menjadi sebuah film Dokumenter. Para narasumber dalam film ini sangat dekat dengan Sugeng, karena penyadap pulut tersebut tak lain adalah ayahnya. Sugeng memberanikan diri merekam aktifitas sang ayah dari awal pulut di sadap, hingga diolah dan kemudian berubah menjadi keping rupiah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Dalam produksi Dokumenter ini, para kru yang mayoritas adalah siswa SMKN1 Karanggayam dibantu beberapa pelajar dari Cilacap, memanfaatkan waktu yang begitu singkat. Selain medan perbukitan yang harus mereka lalui begitu terjal, mereka juga harus berkejaran dengan waktu. Meski sempat mengalami kendala karena faktor cuaca, namun syukurlah film ini dapat selesai diproduksi.

Teguh Rusmadi salah satu mentor dan pendamping dalam produksi film dokumenter pelajar SMKN1 Karanggayam memberikan kesempatan kepada para siswa yang saat itu didapuk sebagai kameramen untuk berekplorasi merekam banyak aktifitas yang mempesona. Seperti suasana desa dan pemandangan yang sangat indah, aktifitas desa, hngga pemandangan air terjun yang diambil dari atas bukit. “Mereka harus belajar langsung, bagaimana cara mengambil gambar yang baik. Saya hanya mendampingi dan sesekali mengarahkan” ujar teguh yang sampai saat ini masih menjomblo.
Produksi film ini tak hanya didukung oleh TBM Sangkanparan sebagai fasilitator, namun juga pihak sekolah SMKN1 karanggayam yang memberikan konsumsi selama produksi dan dukungan alat seperti kamera untuk produksi film para pelajar.

0 komentar:

Posting Komentar