* Catatan Pengantar Pementasan Drama Jaleg
Pentas drama pendek “Jaleg” (akronim Jago Ngeleg_Red) atau boleh dijuduli juga dengan “TengSiang”
(jagoan) produksi ke-14 Sekolah
Rakyat MeluBae (SRMB) digelar Jumat (13/4) dalam rangkaian ritual demokrasi Pilgub
Jateng yang akan dihelat (27/6) dua bulan mendatang. Balai Kelurahan Kebumen
kota jadi pilihan tempat karena selain mudah dijangkau, juga gratis pula
nontonnya.
Secara kronologi dan prosesnya Jaleg atau TengSiang adalah
rangkum pemikiran kolektif pegiat SRMB dalam “menangkap dan mengolah”
kegelisahan banyak orang menyikapi pemilihan umum (Pemilu), terutama dengan
fenomena golput; yang berulangkali digelar dengan “ongkos demokrasi” besar namun
hasilnya dianggap hambar.
Kenapa Pemilu –termasuk Pilgub- mendatang penting
direspons?
Pertama, karena proses pemilu dari tahap input sampai dengan output yakni terbentuknya pemerintahan baru, suka atau tidak,
menjadi ajang politik yang melibatkan jutaan rakyat dan bakal mempengaruhi
kehidupan pemilihnya.
Kedua, secara empiris, ritual demokrasi pemilu hari ini
(Pilpres, Pilgub, Pilkada) adalah pemilu yang input dan outputnya itu mengkonsolidasikan
kekuatan oligarki (saling terkait antara elit politik, elit bisnis, elitis
lainnya dan juga fundamentalis agama).
Dengan demikian, dalam keseluruhan proses pemilu ini
rakyat justru reposisi pada titik rentan dan dapat semakin terpecah belah
terutama dengan menguatnya isu-isu SARA dan penyimpangan etika berpolitik
formal lainnya.
Skeptisme
Demokrasi
Tetapi apakah dengan ikut pemilu, atau juga sebaliknya;
sekarang ini dapat mengubah keadaan?
Ini substansinya. Bagaimana SRMB “menggoreng” bukan
dengan cara menyebar aura kebencian; selain memilih cara bagaimana menggugah kegembiraan.
Tanpa bermaksud merendahkan pergulatan para pejuang
demokrasi dan capaian-capaian “kemenangan” kecilnya, model demokrasi prosedural
kepemiluan tak lalu mematikan nalar kritis para pemilihnya. Dramatik “TengSiang”
adalah stimulus dalam kerangka membangunkan nalar kritis yang tak boleh mati itu.
Dalam konteks pemberdayaan vooter itulah tema pemilu cerdas diawaki sepenuhnya. Kalaupun harus
mengusung slogan Pilgub Gayeng, Becik lan
Nyenengke itu adalah bagian dari bagaimana mengapresiasi pentas ini. SRMB
mencermati fenomena Golput selain
sebagai sebuah pilihan juga sebagai ekspresi skeptisme demokrasi secara
substansi. Pengalaman empirik memang mengajari demikian.
Drama “Jaleg” pada awalnya mereinterpretasikan Golput sebagai tawaran dan itu merupakan
rangkuman pemikiran kolektif pegiatnya. Tetapi apakah tawaran atau bahkan
pilihan demokratis ini berkorelasi dengan menguatnya demokrasi rakyat yang
sejatinya? Maka...
Silahkan tonton pentasnya !
0 komentar:
Posting Komentar