Cusdi
Sibarani | 4 April 2018-04-04
Foto Kredit: Kompasiana [ilustrasi]
Atase Budaya dan
Pendidikan Finlandia Allan Scheitz cukup membuka mata siapa saja yang
mendewa-dewakan sistem pendidikan negara lain. Lebih-lebih sambil “menghina”
pendidikan negara sendiri.
Saat berkunjung ke
Surabaya akhir Maret lalu, Schneitz menyatakan yakin Indonesia bisa lebih cepat
dalam membangun pendidikan berkarakter. Modalnya sudah siap. Apa itu?
Nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal membentuk peserta didik menjadi
manusia yang baik.
Kemampuan tangan,
otak, dan hati harus berkembang seimbang.
Schneitz memastikan
Indonesia sudah memiliki tiga unsur tersebut.
Namun, sebagian
masyarakat pendidikan justru melupakannya. Memilih meniru model pendidikan
negara lain. Menelannya mentah-mentah. Menerapkannya begitu saja tanpa sikap
kritis. Padahal, sudah pasti peniru akan selalu tertinggal dari yang ditiru.
Kearifan lokal,
seperti kata Schneitz, harus digali. Indonesia telah memiliki nilai-nilai luhur
pendidikan yang sudah diperkenalkan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar
Dewantara. Salah satunya, betapa tinggi nilai kejujuran dan sigat amanah. Dua
sifat itu semakin menjauh. Dari lembaga yang terhormat. Dari puncak kekuasaan
pemerintahan. Dari simpul simbol-simbol keadilan.
Nah, dalam bulan
April 2018 ini, ujian nasional (UN) dijalani siswa SMK sederajat. Lalu SMA/MA
sederajat. Kementerian Pendidikan danKebudayaan (Kemendikbud) menggelorakan
lagi pentingnya kejujuran.
Mendikbud Muhadjir Effendy kembali menekankan: prestasi memang perlu, tapi kejujuran yang utama. Sekolah yang meraih nilai rata-rata UN tinggi patut diaprasiasi. Namun, sekolah yang meraih indeks integritas ujian nasional (IIUN) jauh lebih pantas dihargai.
Lebih-lebih, sejak
era Mendikbud Anies Baswedan, nilai UN tidak lagi menentukan kelulusan. Yang
lebih menentukan adalah ujian sekolah berstandar nasional (USBN) . Artinya,
tidak ada dalih lagi bagi kecurangan. Mulai mengejar gengsi, memburu prestasi,
atau memakai dalih demi memperjuangkan nasib anak didik. Jangan sampai ada stitik
niat tidak jujur. Hentikan sejak di dalam hati dan pikiran!
Jujur dan amanah
menjadi satu di antara sembilan pilar karakter luhur universal. Sumber utamanya
adalah keimanan. Abad ini adalh abad ilmu pengetahuan, teknologi, dan
spiritualitas. Keselarasan di antara ketiganya begitu penting. Bagaimana
pendidikan mampu mencapai itu? Mantapkan keimanan peserta didik. Bekali meraka
dengan ilmu pengetahuan, Terampilkan mereka dalam penguasaan teknologi.
0 komentar:
Posting Komentar