31 Oct 2019
01:40
Salah satu pendiri Sokola
Institute, Butet Manurung. (GATRA/Ardhi Ridwansyah/ft)
Jakarta - Salah satu pendiri Sokola Institute, Butet
Manurung, menggugat praktik pendidikan Indonesia yang menurutnya belum
berkontribusi untuk mempertahankan pengetahuan lokal atau adat istiadat di
setiap daerah.
"Belum, sama sekali belum. Saya terus terang saja menggugat pendidikan kita karena bukan hanya tidak berguna, bahkan kadang-kadang bisa memberi dampak buruk dalam hal tidak membantu adat istiadat, pengetahuan lokal, dan produk-produk budaya kita bertahan," ucapnya saat diwawancarai awak media selepas acara peluncuran buku "Melawan Setan Bermata Runcing" di Auditorium Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI), Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (30/10).
Wanita yang pernah meraih Ramon Magsaysay Award itu
menuturkan bahwa pendidikan kita semestinya condong kepada pendidikan yang
bersifat kontekstual. Pendidikan kontekstual adalah pendidikan yang sesuai
untuk mengatasi permasalahan yang ada di sekitarnya.
"Kalau di sekitar kita ada ular kobra, lebih baik kamu belajar mengatasi bisa (racun) kobra, sebelum kamu belajar kalkulus. Jadi apa yang ada di lokal kita kuatkan dulu, baru kamu bisa ke hal yang lebih luas dari itu," katanya.
Di sisi lain, Dirjen Kesenian Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), Restu Gunawan, menyatakan bahwa pendidikan
kontekstual sebetulnya sudah ada pada kurikulum 2013, namun dalam praktiknya
terdapat hambatan seperti tenaga pendidik yang belum bisa menerapkan cara
pengajaran yang sifatnya langsung terjun ke lapangan.
"Kalau untuk belajar ekonomi maka anak-anak diarahkan untuk pergi ke pasar atau ke mall bagi anak-anak kota dan sebagainya. Arahnya ke sana, cuman untuk mendidik guru seperti aktivis-aktivis yang dilakukan Sokola ini, bukanlah pekerjaan yang mudah," jelasnya.
Untuk itu, Restu menilai perlu adanya kolaborasi antar
guru untuk bisa menyediakan waktu yang tepat untuk bisa terjun langsung
mengajak murid-muridnya belajar dalam rangka mempraktikkan pendidikan
kontekstual tersebut.
"Saya kira sumbangan pemikiran dari kawan-kawan Sokola sangat penting bagi Kementerian Pendidikan," ungkapnya.
Sokola Institute merupakan lembaga yang fokus pada isu
pendidikan masyarakat adat dan kelompok marjinal. Adapun buku "Melawan
Setan Bermata Runcing" merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman Sokola
Institute selama 16 tahun mendampingi masyarakat adat yang kerap kesulitan
mengakses sekolah formal.
Reporter: ARH - Editor: Iwan
Sutiawan
0 komentar:
Posting Komentar