This is default featured slide 1 title
BEBAL:"FPI"
Kebebalan FPI Banyuwangi yang membubarkan ritual tradisi Sedekah Laut di daerahnyaThis is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Minggu, 08 Maret 2015
“KAMPUNG CETHING” produksi Film Dokumenter SMKN1 Karanggayam
Siapa yang tidak tahu Cething? Ya
peralatan dapur yang digunakan sebagai tempat nasi ini sering dijumpai
di mana-mana. Termasuk di pasar tradisional di seluruh Indonesia. Namun
siapa yang tau proses pembuatannya? Bagaimana dan dimanakah Cething
diproduksi?
Shakir Iskandar, salah satu siswa SMKN1
Karanggayam Kebumen, mencoba mengupas aktifitas para pembuat cething di
desa Glontor. Di desa ini, mayoritas penduduknya mengisi keseharian
mereka dengan menganyam. Hasil anyaman mereka berwujud perkakas dapur,
salah satunya yaitu Cething.
Keseharian di Desa Glontor, Kebumen ini
menginspirasi Shakir untuk kemudian memfilmkan Kampung Cething dalam
film Dokumenter perdananya.
Tak hanya keseharian para pembuat
Cething, Shakir juga merekam aktifitas yang terjadi di desa tersebut,
seperti suasana pasar tradisional yang masih asli (tidak dipengaruhi
oleh pasar modern), budaya masyarakat yang berkumpul, dan segala
kearifan lokal yang tercipta di desa yang masih asri ini.
Film Dokumenter ini diproduksi pada masa
Prakerin. Sebelumnya di awal Januari 2015 Shakir dan teman-temannya
mengisi waktu Prakerin dengan belajar di TBM Sangkanparan Cilacap. Mulai
dari mencari ide, melakukan riset, membuat treatmen, membedah dan
kemudian barulah Shakir dan teman-teman memproduksi film pada 7 Maret
2015.
Insan Indah Pribadi selaku Pengelola
Sangkanparan merasa bangga dengan kinerja tim dari SMK N1 Karanggayam
Kebumen. Pasalnya selain semangat yang dimiliki begitu tinggi, produksi
ini juga di dukung oleh pihak sekolah SMKN1 Karanggayam Kebumen. “Pihak
sekolah juga mendukung, tak hanya menanggung biaya konsumsi untuk
anak-anak, tapi juga support peralatan produksi seperti kamera DSLR
Canon 70D” ujar Insan yang saat itu mengajak serta Bang Teguh, Taufik
dan Alwan sebagai pendamping produksi Dokumenter di Kebumen.
Selanjutnya, film ini akan memasuki tahap
editing, dan kemudian sebagai pemutaran perdananya rencananya Shakir
dan kawan-kawan akan memutar film tersebut di sekolahnya bersama film
karya teman-teman yang lain
https://sangkanparan.wordpress.com/2015/04/03/kampung-cething-produksi-film-dokumenter-smkn1-karanggayam/
___
Para siswa SMKN1 karanggayam saat produksi film Penyadap Pulut (9/3)
Sore itu tepat di hari Minggu, 8 Maret
2015. Setelah produksi Dokumenter Kampung Cething Selesai, para pelajar
SMKN1 Karanggayam, Kebumen yang dibantu oleh beberapa siswa dari SMKN1
Kawunganten dan Kampung Laut Cilacap ini, langsung bergerak ke sebuah
tempat bernama desa Silampeng.
Produksi Dokumenter selanjutnya adalah
kisah kehidupan seorang penyadap Pulut di desa Silampeng, Kebumen.
Kisah ini sengaja direkam oleh Sugeng dan dikemas menjadi sebuah film
Dokumenter. Para narasumber dalam film ini sangat dekat dengan Sugeng,
karena penyadap pulut tersebut tak lain adalah ayahnya. Sugeng
memberanikan diri merekam aktifitas sang ayah dari awal pulut di sadap,
hingga diolah dan kemudian berubah menjadi keping rupiah yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Dalam produksi Dokumenter ini, para kru
yang mayoritas adalah siswa SMKN1 Karanggayam dibantu beberapa pelajar
dari Cilacap, memanfaatkan waktu yang begitu singkat. Selain medan
perbukitan yang harus mereka lalui begitu terjal, mereka juga harus
berkejaran dengan waktu. Meski sempat mengalami kendala karena faktor
cuaca, namun syukurlah film ini dapat selesai diproduksi.
Teguh Rusmadi salah satu mentor dan
pendamping dalam produksi film dokumenter pelajar SMKN1 Karanggayam
memberikan kesempatan kepada para siswa yang saat itu didapuk sebagai
kameramen untuk berekplorasi merekam banyak aktifitas yang mempesona.
Seperti suasana desa dan pemandangan yang sangat indah, aktifitas desa,
hngga pemandangan air terjun yang diambil dari atas bukit. “Mereka harus
belajar langsung, bagaimana cara mengambil gambar yang baik. Saya hanya
mendampingi dan sesekali mengarahkan” ujar teguh yang sampai saat ini
masih menjomblo.
Produksi film ini tak hanya didukung oleh
TBM Sangkanparan sebagai fasilitator, namun juga pihak sekolah SMKN1
karanggayam yang memberikan konsumsi selama produksi dan dukungan alat
seperti kamera untuk produksi film para pelajar.