This is default featured slide 1 title

BEBAL:"FPI"

Kebebalan FPI Banyuwangi yang membubarkan ritual tradisi Sedekah Laut di daerahnya

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 14 November 2009

Tahlil Puisi untuk Mendiang WS. Rendra

Mengenang kepeloporan seniman besar melalui peringatan 100 hari wafatnya WS. Rendra tak harus dengan keramaian. Tahlil puisi dihelat secara sederhana tapi hikmat. Itulah yang dilakukan SRMB dengan melibatkan puluhan orang yang mendirikan keihlasan.
Malam akhir pekan yang diguyur hujan cukup deras tak mengurangi kekhidmatan pembacaan doa tahlil, meski ritual acara ini sempat tertunda hampir satu jam.
Setelah acara dibuka oleh Pitra Suwita dan diantar oleh Pekik Sasinilo, langsung dilanjutkan dengan pembacaan doa tahlil yang dipimpin oleh seorang kiai sepuh Malik Hasyim dari Jagasima.

Pentingnya Mengingat.

Dalam pengantar doanya, mBah Limin, demikian panggilan kiai sepuh ini, mengingatkan pentingnya mengingat pada semua yang telah lewat. Tak lain agar manusia jadi 'eling' dan meneladani kebaikan yang ditinggalkan oleh almarhum. Meski tak banyak menyebut nama, ia yakin, mendiang WS Rendra termasuk golongan pahlawan bagi Indonesia.

Musikalisasi Puisi 'Gerilya'

Di sela parade puisi-puisi karya WS Rendra, yang dibacakan tamu undangan; disajikan musikalisasi puisi 'Gerilya' oleh Sekolah Rakyat MèluBaé. Sajian puisi "Gerilya" karya WS. Rendra yang dikemas dalam komposisi melodius, ritmik dan deklamatis ini; merupakan komposisi musik puisi yang pernah dibawa berkeliling oleh SRMB dalam "ngamen" apresiasi sastra di belasan sekolah formal, pada beberapa tahun lalu. Acara yang pernah dilakukan ini, sesungguhnya, masih dinantikan oleh beberapa sekolah yang ada. Beberapa guru mapel Bahasa dan Sastra pernah mempertanyakan kelanjutannya.
Dalam acara "Tahlil-Puisi" untuk mengenang 100 hari wafatnya WS. Rendra malam itu, juga diparedekan pembacaan puisi-puisi WS. Rendra oleh beberapa orang tamu yang diundang.

Pekik Sat Siswonirmolo, pegiat SRMB membacakan sajak "Surat Cinta". Karya WS. Rendra ini dibacakan dengan nada rendah; sekaligus dimaksudkan untuk membuka parade sajak malam itu. Guru SMP yang "mengepalai" Sekolah mBayar Karep ini begitu syahdu penampilannya malam itu. Setelah ritual do'a dan tahlil, terasa spirit dan "ruh" sang Burung Merak merentang sayap memenuhi ruang pendopo kelurahan. Mistis, seperti tabir jagad Hyang. Meski di luar pendapa, gerimis satu-dua mulai tiba. Suasana kesumarahan namun penuh daya demikian terbangun disela lengking menyayat seruling yang ditiup Toro Mantara, pegiat SRMB lainnya. Kesyahduan yang menghadirkan dan galau hati tersingkir ke arah pergi.

Daryono Cengkim, tegugah juga ikut membawakan puisi "Gugur" karya WS Rendra lainnya. Lajang yang mulai rajin menulis puisi dan beberapa karyanya juga sempat termuat di buku antologi puisi "Kuputarung" terbitan SRMB ini, cukup punya alasan buat memilih sajak "Gugur" malam itu. Rima duka, tapi tak larut ke dalamnya, begitulah cara kelompok ini mengenang kebesaran seorang pujangga. Iringan bunyi gitar yang dipetik Dodottiro seakan mengikat suara rinai hujan di luaran dan menyatukannya dengan aura sastra di pendapa. Tak sia-sia kedua pegiat ini "mesuh budi" mengolah diri dalam kebersamaan beberapa tahun terakhir ini. Mengenang Rendra dengan mengiringkan do'a tanpa mengeringkan air mata.

Beginilah, pada gilirannya, beberapa tamu undangan terbangunkan juga. Penampilan sebagaimana gambar di sebelah ini adalah tamu dari Sanggar Sastra "Wedang Kendhi", yakni sang monolog Ryan Rahman. Ia memilih karya sang mendiang "Sajak Seonggok Jagung" ke dalam penampilannya.